Loji Gandrung terletak di Jalan Brigjen Slamet Riyadi Nomor 261, Kelurahan Penumping, Laweyan, Surakarta. Bangunan ini berusia lebih dari 100 tahun dan mempertahankan gaya Eropa neoklasik yang kuat. Menariknya, atap kayu yang menutupi seluruh bangunan berbentuk segi lima.

Pada bagian atasnya terdapat ciri berupa menara indah berupa kaca patri dengan lambang kota Surakarta. Ada juga ruangan yang dihiasi sulur. Loji Gandrung memiliki luas tanah 6.259 meter persegi dan luas bangunan 842.5182 meter persegi. Ada ruangan di depan, setelah balkon. Ruangan di sebelah kiri adalah ruang konferensi.

Sedangkan kamar sebelah kanan terdapat tempat tidur yang disebut dengan “Kamar Soekarno”. Sebab, ruangan ini sering digunakan Presiden Soekarno. Ada beberapa benda di kamar Soekarno, salah satunya piano. Loji Gandrung memiliki dua paviliun arsitektur. Sayap barat adalah kantor staf, dan sayap timur adalah tempat penerimaan pengunjung. Di bagian belakang terdapat pendopo yang kini sering digunakan sebagai tempat pertemuan.

Sejarah Loji Gandrung Solo

Loji Gandrung pernah menjadi rumah seorang pengusaha gula, menurut ahli Sejarawan Solo yang juga dosen program studi sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, bernama Susanto. Pria keturunan Belanda itu bernama Johannes Augustinus Dezentje.

Ayah dari Agustinus, August Jan Caspar, adalah seorang perwira tentara kolonial Belanda. Keluarga Dezentje mempunyai hubungan baik dengan penguasa kolonial Belanda dan Keraton Kasunanan di Surakarta. Pada tahun 1819, Johannes Augustinus Dezentje menikah dengan Raden Ayu Cokrokusumo, salah satu anggota keluarga Keraton Kasunanan.

Dezentje menikah setelah istri pertamanya, Joganna Dorothea Boode, meninggal pada tahun 1815 setelah kelahiran anak pertama mereka. Sejak saat itu, Dezenche dan Raden Ayu Cokrokusumo menduduki kawasan Loji Gandrung.

Kehidupan mereka (Dezentje dan Raden Ayu Cokrokusumo) dianggap sebagai kehidupan keluarga istana, karena reputasi Dezentje sebagai pengusaha gula begitu besar. Dijelaskannya, seiring berjalannya waktu, tentara Jepang pun tiba di Indonesia. Setelah Jepang datang, semua orang kulit putih ditangkap dan seluruh rumahnya disita, dan di sinilah awalnya rumah-rumah tersebut ditinggalkan.

Asal Mula Nama Loji Gandrung

Masyarakat kini paham bahwa nama Loji Gandrung diambil dari aktivitas sosial para elite Eropa yang bercirikan pesta-pesta yang melibatkan makan, minum, dan menari. Tindakan ini dianggap mengartikan seseorang “gandrung” atau jatuh cinta. Oleh karena itu, secara harfiah diartikan sebagai rumah kolonial (Loji) yang digunakan untuk bersenang-senang (Gandrung).

Namun sejarawan Susanto punya pandangan berbeda terkait istilah Loji Gandrung. Susanto berpendapat bahwa tempat yang lebih cocok untuk perayaan dan menari saat itu adalah di Harmony Straat, bukan di Loji Gandrung. “Soal lokasi dansa itu berada di sebuah lokasi bernama Harmony Straat tepat di belakang Benteng.

Ia mengatakan, nama Loji Gandrung berasal dari kekaguman Presiden Soekarno terhadap tokoh boneka Sriwidari bernama Rusman dan Darsi. Rusman seringkali memerankan tokoh wayang Gatotkaca dan Darsi biasanya berperan sebagai Pregiwa.

Soekarno terkejut dan terinspirasi dengan cara Rusman dan Darsi berbicara, sehingga pidato Sukarno mirip dengan gaya berbicaranya mereka. Lanjutnya, setiap kali Soekarno berkunjung ke Solo, selalu dipentaskan pertunjukan wayang lakon “Gatotkaca Gandrung”. Dari sinilah nama Loji Gandrung mulai digunakan.

Peristiwa Penting di Loji Gandrung

Loji Gandrung digunakan sebagai pusat perkumpulan perdagangan gula ketika keluarga Dezentje masih tinggal di sana. Pasalnya Dezentje adalah seorang pengusaha gula terkenal saat itu.

Dalam peristiwa penting lainnya, gedung ini digunakan sebagai markas Kolonel Gatoy Subroto untuk menyusu strategi melawan Belanda pada masa Invasi Militer Kedua (1948-1949). Bahkan Loji Gandrung juga pernah dijadikan sebuah markas militer Brigade V dan dipimpin Letkol Slamet Riyadi saat terjadi peristiwa Serangan Umum Solo tahun 1949.

Presiden Soekarno sering mengunjungi Loji Gandrung. Menurut ahli sejarawan, Presiden Soekarno sering berkunjung kala itu, terutama saat Agresi Militer kedua, dikarenakan Soekarno sedang membuka PON di Solo, jadi beliau seringkali berkunjung.

Mungkin Sahabat Nagan bertanya-tanya apakah Loji Gandrung dibuka untuk umum? 

Berdasarkan dari informasi yang dimuat di website Jatengprov.go.id Wali Kota Solo menyatakan bahwa “Loji Gandrung akan dibuka 24 jam untuk masyarakat. Jadi warga kalau masuk ke dalam ruangan-ruangan di bangunan utama silakan, foto-foto atau selfie juga boleh. Mau rapat di Loji Gandrung pun boleh,” 

Untuk itu Anda yang ingin berkunjung kemari Anda dapat menghubungi Nagantour untuk menemani perjalanan Anda bersama Sewa mobil murah Solo atau bersama rombongan dengan Sewa bus murah Solo dari Nagantour

Dapatkan keamanan dan kenyamanan liburan bersama keluarga hanya dengan Nagantour

Rate this post