Indonesia itu unik. Terdapat beberapa tradisi menyambut Ramadan di Indonesia yang selalu dinanti. Uniknya, masing-masing tradisi tersebut memiliki keistimewaannya sendiri. 

Apa saja tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia? Simak info berikut ya. Siapa tahu ada juga yang dari daerah kamu. 

1. Nyadran (Sadranan) di Jawa Tengah

Sadranan atau Nyadran merupakan tradisi masyarakat Jawa di bulan Sya’ban (Ruwah) sebagai ungkapan syukur dengan mengunjungi makam leluhur. Secara harfiah, nyadran berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu sraddha yang berarti keyakinan. 

Penyelenggaraan Nyadran biasanya dilakukan 1 bulan sebelum Ramadan. Di beberapa tempat, penyelenggaraan dilakukan tanggal 10, 15, 20, 23 di bulan Ruwah. 

Di beberapa tempat, Nyadran hanya sebatas berziarah. Akan tetapi, secara tradisi, kegiatan Nyadran di bagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu:

  • Besik: pembersihan makam leluhur baik dari rumput atau kotoran. 
  • Kirab: arak-arakan peserta Nyadran ke tempat tradisi berlangsung. 
  • Ujub: pemangku adat menyampaikan rangkaian acara Nyadran. 
  • Doa yang dipimpin pemangku adat. 
  • Kembul Bujono (Tasyakuran): melakukan kenduri dengan membawa makanan tradisional seperti ayam ingkung dan kemudian melakukan makan bersama. 

2. Munggahan di Jawa Barat

Di Jawa Barat, tradisi unik menyambut Ramadan dilangsungkan pada akhir bulan Sya’ban atau 1-2 hari sebelum masuk bulan suci Ramadan. 

Kata Munggahan itu sendiri berasal dari bahasa Sunda, yaitu munggah yang artinya naik. Sehingga kata Munggahan bermakna naik ke derajat yang lebih tinggi di bulan Ramadan. Tujuan tradisi ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sebagai bentuk syukur. 

Kegiatan saat munggahan di antaranya berkumpul bersama keluarga, makan bersama, bermaaf-maafan, berdoa bersama. Selain itu, sebagian masyarakat Jawa Barat juga melakukan ziarah dan sedekah sebelum Ramadan. Tidak heran jika masyarakat Jawa Barat melakukan mudik lebih awal. 

3. Megengan di Jawa Timur

Tradisi Megengan merupakan akulturasi dari Walisongo dari budaya Jawa dengan budaya lain. Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan. Dengan kata lain, megengan dapat bermakna menahan segala sesuatu yang membatalkan puasa. Di sisi lain megengan bermakna keselamatan agar diri terjaga dengan baik dalam menghadapi bulan Ramadan. 

Megangan umumnya dilakukan di minggu terakhir bulan Sya’ban. Dalam pelaksanaannya, biasanya dilakukan ziarah setelah itu kegiatan yang diselipkan acara tahlilan, doa, shalawat. Karena itu, tradisi ini tak beda jauh dengan Nyadran di Jawa Tengah dan Yogyakarta. 

Menariknya, dalam tradisi Megengan terdapat 1 makanan yang tidak boleh ketinggalan, yaitu apem. Ini karena megengan memiliki makna lain, yaitu permohonan maaf kepada sesama sedangkan apem yang berasal dari kata ngafwun atau ngafwan yang berarti permohonan maaf. Jadi, jangan kaget kalau saat Magengan, kamu menemukan apem ya. 

4. Meugang di Aceh

Berbeda dengan tradisi ramadan di Indonesia lainnya, Meugang di Aceh dilaksanakan 3 kali, yaitu menjelang Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha. Tradisi yang disebut juga dengan Makmeugang ini dirayakan dengan cara memasak serta menyantap daging sapi, kambing atau kerbau bersama-sama dengan keluarga. 

Meugang sudah ada sejak zaman Kerajaan Aceh di tahun 1607-1636 Masehi. Saat itu, Sultan Iskandar Muda memotong dan membagikan daging ke seluruh rakyat aceh sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada rakyatnya. Karena sangat penting, hingga saat ini, masyarakat Aceh masih melaksanakan Meugang. 

5. Malamang di Sumatera Barat

Malamang merupakan tradisi di Sumatera Barat yang biasanya dilaksanakan di acara penting, termasuk menyambut Ramadan dan Lebaran. Tradisi ini masih berlangsung di daerah seperti Minangkabau, Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Painan. 

Secara harfiah, malamang berarti membuat lemang. Lemang itu sendiri merupakan makanan tradisional dari santan dan ketan beras putih yang kemudian dimasak di dalam batang bambu muda. Karena hal tersebut, di Sumatera Barat, bulan sebelum puasa terkenal juga sebagai bulan Lemang. 

Syekh Burhanudin menjadi orang pertama yang memperkenalkan Malamang kepada masyarakat Pariaman. Beliau menggunakan Malamang sebagai salah satu metode dakwah di Ulakan. 

6. Dugderan di Semarang

Dugderan tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia

Dugderan di Semarang (Cr. pariwisata.semarangkota.go.id)

Dugderan menjadi salah satu tradisi menyambut Ramadan di Indonesia yang populer karena merupakan cerminan 3 etnis, yaitu Jawa, Arab, Tionghoa. Menariknya, seiring perkembangan zaman, dugderan menjadi festival tahunan di Semarang. Alhasil, saat Dugderan berlangsung, kamu juga bisa kulineran dan menikmati atraksi lainnya. 

Nama Dugderan itu sendiri berasal dari kata dug atau suara bedug dan deran yang artinya mercon. Perayaan yang memiliki arak-arakan Warak Ngendog (kambing berkepala naga) dengan suara bedug dan mercon ini sudah ada sejak tahun 1882.

Karnaval ini berlangsung mulai dari Kantor Balai Kota hingga Masjid Agung Semarang. Tahun 2024, Dugderan akan berlangsung pada tanggal 9 Maret 2024. Jadi, buat kamu yang ingin melihat tradisi ini, kamu bisa menjadwalkan liburan mulai sekarang. 

Jika tidak ingin repot-repot, kamu bisa langsung cek Nagantour untuk paket wisata Semarang yang sesuai kebutuhan kamu. Atau bisa sewa mobil murah Semarang yang bisa lepas kunci atau plus sopir agar kamu bisa lebih leluasa untuk berkeliling kota Semarang. 

7. Megibung di Karangasem Bali

Di Bali, tradisi untuk menyambut Ramadan bernama Megibung. Tradisi ini biasanya dilaksanakan di daerah Klungkung, Karangasem dan dimulai tahun 1692 Masehi oleh I Gusti Agung Angluran Ketut, Raja Karanagsem. 

Inti dari kegiatan Megibung adalah makan bersama-sama. Walaupun begitu, tradisi Megibung mencakup proses memasak bersama-sama, duduk melingkari 1 wadah dan menyantap masakan di wadah yang disebut Gibungan. 

8. Pacu Jalur di Riau

Pacu Jalur sudah ada sejak lebih dari 100 tahun silam oleh masyarakat Kuansing, Riau. Sesuai namanya, Pacu Jalur merupakan lomba adu cepat menggunakan perahu khas Rantau Kuantan. 

Dulu, tradisi ini diselenggarakan untuk merayakan hari raya agama Islam, termasuk Idul Fitri dan Maulid Nabi. kemudian di zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur untuk merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina yang jatuh tanggal 31 Agustus. 

Seiring dengan berkembangnya zaman, Pacu Jalur mengalami perkembangan. Mulai dari bentuk perahu hingga waktu pelaksanaannya. Bahkan saat ini, terdapat Festival Paju Jalur yang biasanya diselenggarakan saat bulan Agustus. 

9. Balimau di Minangkabau

Di Minangkabau terdapat tradisi padusan (membersihkan diri) sebelum bulan Ramadan yang bernama Balimau. Cara mandi tradisi Balimau berbeda, yaitu menggunakan jeruk nipis dan bisa kamu lakukan di pemandian umum tau sungai. Ini karena jaman dahulu belum ada sabun mandi. 

Saat ini, tradisi yang dilakukan 1-2 hari sebelum masuk Ramadan menggunakan air campuran jeruk nipis, bunga dan rempah-rempah. Kemudian, kamu bisa mengguyurkannya ke seluruh badan dan menggosok badan hingga bersih. 

10. Kirab Dandangan di Kudus

Kirab Dandangan Kudus

Kirab Dandangan Kudus (Cr. inriau.com)

Di Kudus, masyarakat Kudus akan menyelenggarakan Kirab Dandangan sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Kirab ini merupakan tanda mulainya ibadah puasa. 

Nama dandangan (dhandhangan) diambil dari suara bedug yang ditabuh saat Ramadan. Tradisi yang pada awalnya dilakukan santri yang menunggu Sunan Kudus mengumumkan puasa di Masjid Menara Kudus ini saat ini menjadi event tahunan. 

Banyak yang kemudian mengikuti kirab sepanjang 3 km dari Jl. Kiai Telingsing ke Kompleks Menara Kudus. Jadi, tak heran jika saat menonton kirab, kamu juga akan melihat banyak penjual di sini karena adanya Pasar Dandangan. Tahun 20024, Pasar Dandangan digelar tanggal 1-10 Maret 2024. 

Itulah 10 tradisi menyambut Ramadan di Indonesia yang masih bisa kamu jumpai hingga saat ini. Selain tradisi tersebut, ada banyak tradisi seperti Padusan (Jawa Tengah), Marpangir (Sumatera Utara), Nyorog (Jakarta) untuk menyambut Ramadan. 

Ternyata, Indonesia itu unik ya? Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang uniknya Indonesia, apalagi keindahan wisata Indonesia, tetap stay tune di Nagantour ya. 

Rate this post