Grebeg Sudiro merupakan bagian dari akulturasi dari kearifan lokal Jawa dan budaya Tionghoa. Tentunya pencampuran dua budaya tersebut tidak menghilangkan ciri khas dari lokalitas yang dimiliki oleh budaya masing-masing. Untuk itu melestarikan budaya lokal harus dirayakan setiap tahunnya, termasuk di tahun 2024 ini.

Tradisi Grebeg Sudiro merupakan vitalitas budaya dari adanya kehidupan Etnis Jawa dan Etnis Tionghoa di Sudiroprajan, Surakarta. Berikut ini pengenalan budaya, proses, dan pesan dari perayaan tradisi ini.

Sejarah Grebeg Sudiro

Tradisi Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro merupakan wujud harmonisasi dari budaya yang berbeda untuk menjaga kerukunan dan rasa saling menghargai antar etnis di kelurahan Sudiroprajan, yang telah disepakati bersama. Awal mula perayaan dilakukan pada tahun 2007, yang ditandai dengan gunungan atau tumpeng yang berisi hasil bumi disertai jajanan lokal. Perayaan ini juga bagian dari pengembangan tradisi yang telah ada sebelumnya, yaitu Buk Teko. Buk Teko (dari kata “Buk”, tempat duduk dari semen di tepi jembatan atau di depan rumah, sedangkan kata “Teko” ialah poci, tempat air teh) adalah tradisi syukuran menjelang Imlek dan sudah dirayakan semenjak Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono X (1893-1939).

Grebeg sendiri bermakna perayaan rutin sebagai ucapan syukur dalam memperingati suatu peristiwa penting. Sebelumnya, perayaan Grebeg telah hidup sejak lama dilakukan dalam tradisi Keraton Surakarta Hadiningrat. Sementara Sudiro diambil dari nama sebuah kampung bernama Kampung Sudiroprajan yang berada di sekitar kawasan Pasar Gede. Perayaan grebeg diselenggarakan sebagai tanda bukti tingginya kesadaran masyarakat Solo dalam menumbuhkan toleransi, akulturasi, saling bahu membahu, dan menghilangkan stigma negatif seperti rasial dengan jalur kultural.

Penggagas dari tradisi ini diinisiasi oleh warga etnis Tionghoa bersama etnis Jawa yang tinggal di kawasan kampung Sudiroprajan yang disetujui oleh Kepala Kelurahan Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya, termasuk para budayawan dan tokoh masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat.

Ada sumber lain yang mengatakan bahwa awal pelaksanaan Grebeg Sudiro untuk memperingati ulang tahun Pasar Gede Hardjonagoro setiap tanggal 12 Januari. Lantaran pencampuran dua budaya mengusung kebhinnekaan dan keberagaman, Pemerintah Kota Solo mendukung kegiatan ini menjadi perayaan tahunan.

Keunikan Tradisi Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro

Terdapat dua kegiatan pokok, yaitu sedekah bumi dan kirab budaya. Sedekah bumi dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pedagang di Pasar Gede dan masyarakat sekitar. Sedangkan kegiatan Kirab Budaya sendiri dimaknai sebagai kerukunan dua etnis yakni Jawa dan Tionghoa. Pelaksanaan kirab budaya sendiri menampilkan tarian khas Jawa serta Liong dan Barongsai.

Kelurahan Sudiroprajan termasuk wilayah perkampungan dari Kecamatan Jebres, Solo atau lebih akrab disebut Kampung Pecinan. Sebab jumlah penduduk mayoritas yang bermukim adalah etnis Tionghoa. Wilayah Kelurahan Sudiroprajan mencakup Kampung Kepanjen, Balong, Mijen, Ngampil, Samaan, Ketandan, Limolasan, dan Balong Lengkong.

Semua kampung tersebut telah ada sejak zaman kolonial Belanda dan berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat. Tidak heran jika muncul pengaruh dari gesekan dua budaya yang melebur menjadi satu tanpa adanya gejolak. Di kawasan itu juga berdiri beberapa situs tua seperti Kelenteng Tien Kok Sie yang diklaim sebagai salah satu kelenteng tertua di Indonesia dan menjadi cagar budaya yang harus dilindungi. Situs lain di Kampung Sudiroprajan adalah keberadaan Prasasti Bok Teko yang masih bisa ditemui keberadaannya di Kampung Balong, yang konon kawasan warga etnis Tionghoa tertua di Indonesia.

Dari adanya tradisi Grebeg ini dapat menyatukan masyarakat Surakarta melalui simbol-simbol yang ditampilkan selama gelaran budaya Grebeg Sudiro. Selama perayaan juga terdapat perebutan dua buah gunungan, yakni Gunungan Jaler yang berarti laki-laki dan Gunungan Estri yang berarti perempuan. Keduanya sangat kental bernuansa Jawa.  Sedangkan yang mereka kirab adalah gunungan kue keranjang. Hal inilah yang menunjukan simbol antara budaya Jawa dengan budaya Tionghoa.

Event Grebeg Sudiro 2024

Agenda Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro kembali hadir kembali yang akan digelar pada tanggal 27 Januari hingga 10 Februari 2024. Pasar Gede Surakarta menghadirkan pusat kegiatan dengan bazar UMKM, bazar potensi, dan perahu hias di area pasar. Selain untuk merayakan secara besar-besaran yaitu mendukung pengembangan ekonomi lokal. Simak agenda Grebeg Sudiro 2024 di kawasan Pasar Gede Solo.

1. Umbul Matram (27 Januari)

Di hari pertama acara dibuka dengan umbul mantram sebagai simbol keberkahan dan doa bersama.

2. Bazar Potensi (28 Januari – 10 Februari)

Guna mendukung pengembangan ekonomi lokal, Bazar Potensi tahun ini terdapat perubahan yaitu tidak ada acara Car Free Night. Hal ini dilakukan atas evaluasi dari penyelenggaraan tahun sebelumnya yang dapat menimbulkan kendala seperti laka lantas. Meskipun telah koordinasi dengan Dinas Perhubungan, Dinas Perdagangan, Satpol-PP, dan kepolisian untuk mengatasi potensi kemacetan di sekitar Pasar Gede Surakarta.

3. Perahu Wisata (28 Januari – 10 Februari)

Perahu wisata akan tetap beroperasi selama perayaan berlangsung. Untuk kamu yang belum tahu apa itu perahu wisata? Perahu Wisata adalah menyusuri sungai untuk menambah daya tarik wisata lokal. Untuk harga tiketnya sendiri masih sama, yaitu Rp10.000, dapatkan penawaran bundling tiket yang menarik.

4. Karnaval Budaya (4 Februari)

Salah satu acara puncak dari setiap perayaan Grebeg Sudiro adalah bagian karnaval budaya yang menghadirkan peserta terbaik untuk menampilkan keberagaman budaya daerah. Namun, ada yang berbeda di tahun ini yaitu, Heritage and Harmony Music Sudiro, sebuah inisiatif yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia melalui deputi penyelenggaraan event.

Acara ini akan mempersembahkan harmoni musik yang mencerminkan kearifan lokal dan warisan budaya.

Itu dia, informasi seputar tradisi Grebeg Sudiro 2024. Kamu yang kebingungan akomodasi untuk bermain ke Solo, tenang saja Nagantour siap sedia untuk menemani perjalananmu dari kotamu menuju ke perayaan Grebeg Sudiro ini dengan sewa mobil murah Solo dan harganya sangat terjangkau.

Rate this post