Indonesia kaya akan budaya dan salah satunya adalah Dugderan Semarang. Tradisi ini merupakan tradisi turun temurun yang digelar sebagai tanda dimulainya puasa Ramadan. Menariknya, dalam perayaan ini kamu tidak hanya bisa melihat kirab tapi juga pesta rakyat yang meriah. 

Selengkapnya, cek informasi berikut ini!

Asal Mula Dugderan

asal mula dugderan semarang

asal mula dugderan, tradisi semarang (Cr. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Nama Dugderan adalah onomatope dari suara letusan. Kata dug berasal dari suara bedug yang dibunyikan ketika menjelang salat magrib. Sedangkan der-an merupakan suara mercon atau meriam. Jadi, jangan kaget kalau kamu melihat Dugderan, maka kamu akan mendengar suara bedug, mercon dan kembang api. 

Tradisi Dugderan yang pertama adalah tahun 1881-1882 saat Bupati R.M Tumenggung Aryo Purboningrat menjabat. Mengutip dari buku Sejarah Islam Nusantara dari Rizem Aizid, dugderan berfungsi untuk menyamakan awal puasa dan hari raya. 

Kala itu, R.M Tumenggung Aryo Purboningrat mengadakan upacara di halaman kabupaten. Baru setelah itu, beliau membunyikan bedug Masjid Agung  kemudian menembakkan meriam bambu. 

Ada 2 versi tentang banyaknya suara bedug dan meriam. Menurut Gayamsari Semarang Kota, Kanjeng Bupati membunyikan bedug Masjid Agung dan meriam bambu sebanyak 3x. Sedangkan menurut Warisan Budaya Kemendikbud,  Kanjeng Bupati membunyikan bedug sebanyak 17x dan meriam sebanyak 7x. 

Sejak saat itu, dugderan menjadi budaya lokal setempat dan tidak ada lagi perbedaan pendapat tentang awal puasa dan Idulfitri. 

“Dugderan adalah cerminan perpaduan 3 budaya di Semarang, yaitu Jawa, Arab dan Tionghoa.”

Kala itu, ketika mendengar suara dug der yang keras di alun-alun, masyarakat akan datang dan menyaksikan apa yang akan terjadi. Kemudian Kanjeng Bupati dan Kyai Tafsir Anom selaku Imam Masjid Besar akan memberikan sambutan dan pengumuman. Salah satunya adalah penentuan awal puasa. 

Dalam pelaksanaannya, tradisi Semarang ini akan berlangsung dari pagi (sekitar pukul 08.00) hingga senja (magrib). Seiring dengan berjalannya zaman, adanya pasar kaget (pasar rakyat) menjadi tanda dimulainya Dugderan. Kemudian berlangsung karnaval dan salah satunya adalah arakan Warak Ngendog. 

Filosofi Warak Ngendog

warak ngendog semarang

Warak Ngendog (Cr. visitjawatengah.jatengprov.go.id)

Dalam tradisi Dugderan Semarang ada 1 maskot yang tidak boleh ketinggalan, yaitu Warak Ngendog. Maskot ini berbentuk kambing dan berkepala naga. Menariknya, sisik-sisik naga pada maskot terbuat dari kertas warna-warni. Selain itu, terdapat telur rebus atau endog, dalam bahasa Jawa, sehingga disebut dengan warak ngendog. 

Nama Warak Ngendog sendiri diambil dari kata warak atau wara’i yang dalam bahasa Arab yang berarti suci. Sedangkan ngendog dalam bahasa Jawa berarti bertelur. Karena hal tersebut, Warak Ngendog bermakna siapa pun yang mampu menjaga kesucian saat Ramadan, kelak, saat di akhir bulan (lebaran) akan memperoleh pahala. 

Menariknya, menurut cerita dari masyarakat, mitologi Warak Ngendog Semarang sudah ada saat pendirian Kota Semarang atau saat Ki Ageng Pandan Arang menjabat. Beliau lah yang kemudian memperkenalkan Warak Ngendog ke masyarakat dan hingga kini menjadi maskot Kota Semarang. 

Adanya Warak Ngendog di Dugderan bukan tanpa alasan. Maskot ini melambangkan bagaimana kondisi zaman dahulu. Ketika pertama kali Dugderan terselenggara, saat itu masyarakat di Semarang mengalami krisis pangan. Alhasil, telur menjadi salah satu makanan mewah. 

Perayaan Dugderan 2024

Dugderan tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia

Dugderan di Semarang (Cr. pariwisata.semarangkota.go.id)

Seiring berjalannya zaman, Dugderan menjadi salah satu event tahunan di Semarang. Banyak yang berbondong-bondong untuk melihat dan menikmati acara Dugderan yang dimulai dari Balai Kota Semarang ke Masjid Agung Jawa Tengah.

Dugderan dimulai dengan adanya pasar rakyat. Di tahun 2024 sendiri, menurut Hevearita Gunaryanti Rahayu, selaku Walikota Semarang, pasar rakyat mulai berlangsung tanggal 28 Februari 2024. 

Untuk menyambut Dugderan yang akan berlangsung tanggal 9 Maret 2024, sejumlah wilayah seperti Kota Lama, Kauman dan Kampung Melayu tertata apik. Jadi, selain melihat Dugderan, kamu juga bisa menikmati keindahan dari kawasan tersebut. 

Saat puncak acara, suhuf halaqoh akan lebih meriah dari sebelumnya. Setelah itu, akan ada kirab yang diikuti oleh 16 kecamatan di Semarang. Menariknya, selain kirab Warak Ngendog dan bedug raksasa di Alun-Alun Masjid Agung Semarang, ada juga gunungan roti ganjel rel. Untuk memeriahkan acara, pemerintahan Kota Semarang juga mengadakan lomba berkudo atau pasukan 40-an. 

Berikut rincian acara Dugderan di Semarang:

  • 10.00 WIB: persiapan
  • 11.18 WIB: penampilan hiburan pembuka
  • 12.02 WIB: pembukaan
  • 12.15 WIB: Tari Dugder
  • 12.35 WIB: Sambutan walikota
  • 12.48 WIB: pemukulan bedug
  • 12.53 WIB: pecah kendi dan lepas merpati
  • 13.00 WIB: kirab budaya Dugderan dengan jalur Balai Kota Semarang > Jl. Pemuda > Alun-Alun Kauman > Masjid Kauman > Jl. Wahid Hasyim > Jl. Kartini > Jl. Jolotundo > Masjid Agung Jawa Tengah

Tradisi menyambut Ramadan tersebut sayang untuk kamu lewatkan. Karena itu, kamu bisa merencanakan liburan mulai dari sekarang. Atau kalau kamu sudah di Semarang dan ingin mobilitasnya lebih fleksibel, ada sewa mobil Semarang yang akan membantu kamu. 

Jadi, tidak ada alasan lagi kan untuk melewatkan serunya tradisi dan budaya Indonesia? 

Rate this post